Kamis, 02 Mei 2013

ANALISIS: Barcelona Bukan Klub Terbaik Sepanjang Masa


Barcelona Bukan Klub Terbaik Sepanjang Masa

“Barcelona adalah tim terbaik sepanjang masa.”

Mulai dari Marcello Lippi, Sir Alex Ferguson, Ronald Koeman, hingga Zlatan Ibrahimovic, semuanya sepakat dengan pernyataan itu. Bahwa skuat Barcelona dalam beberapa tahun terakhir ini adalah tim terbaik yang pernah kita lihat. Mengalir secara deras puja-puji kepada sang jawara empat kali Liga Champions. Tak ada yang meragukan kemampuan mereka. Blaugranapunya segalanya dengan Lionel Messi sebagai aktor utamanya, plus dua gelandang ikonik dalam diri Xavi dan Andres Iniesta.

TERBAIK DARI YANG TERBAIK
Generasi Emas Pemenang UCL
R.Madrid '56-60
Ajax '71-73
Bayern '74-76
Liverpool '77-81
Milan '89-94
Benfica '61-68
Inter '64-65
Milan '03-07
Barca '08-13

Akan tetapi, segala pujian itu terkesan memiliki pandangan sempit dan tampak melupakan masa lalu. Kekalahan ‘luar biasa’ 7-0 secara agregat dari Bayern Munich pada tengah pekan ini telah menunjukkan hal tersebut. Dua musim terakhir, Barca tersingkir berturut-turut di semi-final Liga Champions. Sinyal berakhirnya dominasi klub Catalan itu semakin kuat.

Membandingkan tim dari era yang berbeda merupakan tugas yang sulit. Sepakbola telah berkembang dan berevolusi selama beberapa dekade terakhir. Modifikasi permainan seperti peraturan backpass dan offside, telah menjadikan sepakbola lebih atraktif. Di sisi lain, terdapat wasit yang semakin keras, adanya lapangan sintetis, semuanya itu telah membuat sepakbola memiliki atmosfer yang berbeda. Begitu pula dengan berkembangnya teknologi, kesehatan, dan sistem pelatihan yang akan membuat para pemain lebih cepat, lebih bugar, dan lebih kuat. Tetapi hal itu tidak membuat pesepakbola di zaman sekarang lebih baik.

Lalu, muncul perdebatan tentang apa definisi ‘terbaik’. Apakah hanya tentang kesuksesan? Carlos Bilardo, pelatih yang membawa Argentina juara Piala Dunia 1986, pernah berujar demikian: “Sepakbola hanya dimainkan untuk dimenangkan. Anda harus menjadi yang pertama. Menjadi yang kedua adalah buruk. Menjadi yang kedua adalah sebuah kegagalan.”

Jika pernyataan itu benar, maka skuat Barcelona saat ini bukanlah yang terbaik sepanjang masa. Terutama di level Eropa. Dimulai dengan penunjukkan Pep Guardiola pada tahun 2008 sebagai siklus awalnya, Barca sudah memenangkan dua trofi Liga Champions dalam lima musim dan sisanya mencapai semi-final.

Barcelona belum pernah mempertahankan Liga Champions selama dua musim berturut-turut. Tim terakhir yang melakukan hal itu adalah AC Milan pada era Arrigo Sacchi di tahun 1989 dan 1990. Jika diteruskan lebih lanjut, Milan sebenarnya tiga kali sukses meraih trofi Si Kuping Besar dalam lima tahun (1989-1994) dan lima kali sukses mencapai final pada periode 1989 hingga 1995. Angka-angka yang jauh lebih impresif ketimbang apa yang dilakukan Barcelona dalam beberapa tahun ini.

Berikutnya, Real Madrid di era Alfredo Di Stefano sukses menjadi jawara Eropa itu selama lima tahun berturut-turut, Johan Cruyff menginsipirasi Ajax untuk memenangi trofi itu tiga kali berturut-turut pada tahun 1970-an dan langsung disamai oleh Franz Beckenbauer bersama Bayern Munich. Lalu ada Eusebio yang membawa Benfica di era 1960-an lolos lima kali ke final meski hanya memenangi dua kali. Helenio Herrera juga membawa Internazionale dua kali berturut-turut merajai Eropa (1964, 1965). Sementara Liverpool di era Bob Paisley memenanginya tiga kali dalam kurun waktu 1977 hingga 1981. Semua tim di atas punya catatan Liga Champions yang lebih baik ketimbang Barcelona saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar